Rabu, 06 Oktober 2010

Agar Fisika tidak jadi pelajaran Sastra

     Minggu ini, sebagaimana sudah direncanakan minggu kemarin, siswa kelas IX akan berada di laboratorium. Mengadakan praktikum IPA Fisika. Materi yang akan dipraktekkan adalah Listrik Dinamis. Siswa di bebaskan untuk merangkai alat dan bahan yang ada di KIT Listrik dengan catatan, target pertama mereka adalah lampu hidup. 

    Sebelum mulai praktik, mereka bergaya dulu di depan kamera HP yang saya pakai untuk mengambil dokumentasi kegiatan mereka. Beberapa siswa berteriak , "Pak, masukkan ke facebook yaaa !!" (^^'')
Lalu dengan semangat tiap kelompok yang terdiri dari 5 sampai 7 siswa ( mereka memilih sendiri, tapi harus terdiri dari siswa dan siswi) mulai membongkar kotak kuning yang penuh dengan alat/bahan praktik.
    Beberapa saat kemudian..., sejumlah siswa berteriak , "eureka..." eh bukan..., tapi "Pak hidup !" mereka memang tidak meneriakkan kata yang berabad-abad dulu pernah diteriakkan Archimedes sembari bugil keliling kota, namun, yakinlah anda, bahwa saya menangkap surprise dan kepuasan yang sama dengan Archimedes pada nada suara mereka itu.
     Setelah berberapa menit kemudian hampir seluruh kelompok berhasil menghidupkan lampu mereka. hanya dua kelompok yang belum. Mengatasi kesulitan mereka, saya utus dua orang dari kelompok yang paling duluan hidup tadi untuk membantu kelompok ini. Asistensi dari sang jawara (weew !) akhirnya dapat juga dua kelompok terakhir ini menghidupkan lampunya.
    Berikutnya mereka ditugasi menggunakan dua lampu secara seri dan mencatat terang lampu , hal yang sama juga mereka lakukan untuk rangkaian paralel. Terakhir mereka belajar cara mengukur arus dan tegangan pada rangkaian yang mereka buat. 
    Suasana laboratorium "kacau" apalagi, ada siswa "kreatif" membuka perangkat sound sistem (yang juga dapat difungsikan sebagai radio) yang beberapa hari lalu digunakan untuk rapat komite sekolah. Suara Ridho Rhoma yang halus mendayu2 membuat beberapa siswa tak sadar ikut bersenandung sambil membaca angka di alat ukurnya.
   Masih banyak sebenarnya yang dapat mereka lakukan dalam praktikum kali ini. Hanya, waktu yang tersisa tinggal 1o menit, cukup untuk menulis hasil bacaan dan merapikan kembali alat2 praktikum mereka. Setelah itu, bel istirahat berbunyi , mereka pun bergegas keluar. Hanya ada beberapa siswa, tanpa saya minta terus membantu saya memberikan "final touch" pada hasil percobaan yang mereka lakukan. 
   Praktikum yang mereka lakukan ini, pada hakikatnya sama dengan yang dulu pernah dilakukan orang berabad yang lalu. lalu untuk apa, mereka , yang sekarang hidup di era digital ini melakukannya lagi ? saya punya jawaban yang sederhana "agar Fisika tidak jadi pelajaran sastra !"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar